Calon Mertua Yang Haus Seks Dan Berondong
Namaku Sakong, usia 18 tahun, ketika ini aku ruang belajar III SMU swasta di kota Surabaya. Perkenalanku dengan pacarku Melodi satu tahun yang lalu. Keluarga Melodi tergolong keluarga yang kaya. Ayahnya (Pat Bolot) berumur 54 tahun masuk jajaran anggota DPRD, sedang istrinya (Bu Ceme) berumur 38 tahun, orangnya cantik, tingginya selama 164 cm, kulitnya putih, dia pribumi Menado, rambutnya sebahu, orangnya ramah dan berwibawa. Kesibukan ibu pacarku melulu di rumah.
Dalam masa pacaran boleh dibilang aku tidak cukup pemberani sebab memang Melodi orangnya tidak jarang kali memegang prinsip untuk mengawal kehormatan sebab dia anak tunggal. Dia melulu mengijinkan aku untuk menghirup pipi saja, tersebut juga bila malam minggu. Sebenarnya aku bukanlah orang yang alim, sebab kawan-kawanku Putra, Adi dan Roy familiar gank-nya Playboy dan suka booking cewek, maka sebagai pelampiasanku sebab pacarku orangnya alim aku tidak jarang mencari kesukaan di luar bareng teman-temanku, rata-rata dari kami ialah anak orang gedean, jadi uang untuk kami bukanlah soal, yang urgen happy.
Suatu hari, tepatnya minggu senja kami berempat pergi ke Tretes dan rencananya akan mencarter hotel dan booking cewek. Sesampainya di suatu hotel, kami segera ke receptionis, kami segera memesan 2 kamar, saat tersebut aku melulu duduk di ruang tunggu dan memantau Adi dan Putra yang sedang memesan kamar. Tiba-tiba pkamunganku jatuh pada wanita setengah baya yang berkacamata hitam di sebelah Adi yang kelihatannya lebih dulu inginkan memesan kamar.
Aku laksana tak percaya, dia ternyata Tante Ceme (ibunya Melodi) dan yang bersamanya seorang pemuda yang aku sendiri tidak kenal. Mereka kelihatan mesra sekali sebab tangan pemuda tersebut tak inginkan lepas dari pinggang Tante Ceme. Timbul niatku untuk menginvestigasi apa sebetulnya tujuan Tante Ceme datang ke hotel ini. Setelah mendapat kunci, mereka lantas melangkah pergi untuk mengarah ke kamar yang dipesan. Lalu aku menguntitnya diam-diam, pada temanku aku pamit inginkan ke Toilet. Ternyata mereka mengarah ke ke kamar Mawar no.3 yaitu di antara kamar VIP yang dimiliki oleh Hotel itu. Kemudian aku balik lagi ke teman-temanku, kami mendapat kamar yang kebetulan tempatnya saling membelakangi dengan Kamar Mawar, dan diceraikan oleh parkiran mobil.
Tak lama kemudian, Roy dan Adi pergi menggali cewek. Sambil menantikan mereka, aku iseng-iseng pergi ke belakang kamar. Saat tersebut jam 18:00 senja hari mulai gelap. photomemek.com Kebetulan sekali di Kamar Mawar pada dinding belakang terdapat ventilasi udara yang agak rendah. Dengan mendaki mobil Roy, aku dapat melihat apa yang terjadi di dalam kamar itu. Ternyata Ibu pacarku yang di lokasi tinggal kelihatan alim dan berwibawa tak disangka selingkuh dengan lelaki lain yang umurnya jauh lebih muda darinya.
– Keduanya dalam suasana telanjang bulat, posisi Tante Ceme sedang menaiki pemuda tersebut sambil duduk, kemaluan Tante Ceme tampak tertusuk oleh batang kejantanan pemuda yang sedang terlentang itu. Aku jadi ikut horny menyaksikan dua sosok tubuh yang sedang bersetubuh itu. Wajah Tante Ceme kelihatan merah dan diisi keringat yang mengairi kulitnya. Nafasnya terengah-engah seraya menjerit-jerit kecil. Tiba-tiba gerakannya dipercepat, dia berpegangan ke belakang kemudian dia menjerit panjang, sepertinya dia mendapat orgasmenya kemudian badannya ambruk menjatuhi tubuh pemuda itu.
Kelihatannya pemuda tersebut belum puas kemudian mereka ganti posisi. Tante Ceme berbaring di ranjang, kakinya dimulai lebar lututnya dilipat, dengan sarat nafsu pemuda tersebut menjilati liang kewanitaan Tante Ceme yang telah basah sarat dengan cairan maninya. Ibu pacarku tersebut mengerang-erang manja. Setelah puas dengan permainan lidahnya, pemuda tersebut kembali menunjukkan batang kejantanannya ke bibir kemaluan Tante Ceme kemudian dengan mudah, “Blueesss…” Kejantanan pemuda tersebut sudah amblas seluruhnya ke dalam lubang kemaluan Tante Ceme. Aku melihatnya semakin bernafsu seraya mengocok kemaluanku sendiri, aku hendak sekali sekali untuk merasakan permainan mereka. Pemuda tersebut terus memompa batang kejantanannya terbit masuk lubang kemaluan Tante Ceme seraya tangannya meremas-remas payudara perempuan tersebut yang berukuran cukup besar, 36B. Pinggulnya bergoyang-goyang mengimbangi gerakan pemuda itu.
Sekitar 6 menit lantas pemuda tersebut mengejang, ditekannya dalam-dalam pantatnya seraya melenguh dia terbit lebih dulu, sedang Tante Ceme terus menggoyangkan pinggulnya. Tak lama lantas dijepitnya tubuh pemuda tersebut dengan kakinya seraya tangannya memegang erat punggung pemuda itu. Kelihatannya dia mendapat orgasme lagi bersamaan dengan muncratnya mani dari kemaluannya. Lalu kusudahi acaraku mengintip Tante Ceme, Ibu pacarku yang sarat wibawa dan aku paling mengagumi kecantikannya ternyata seorang selingkuh.
Aku telah melihatnya telanjang bulat, urusan tersebut membuat terbayang-bayang terus ketika dia merintih-rintih membuatku paling bernafsu sampai timbul kemauan untuk dapat merasakan tubuhnya. Paling tidak aku kini punya rahasianya.
Acaraku dengan teman-teman berjalan fasih bahkan ketika menyetubuhi cewek yang mempunyai nama Ani dan Ivone malah aku menginginkan sedang menyetubuhi Tante Ceme sampai aku cepat sekali keluar. filmbokepjepang.com Aku melulu melakukan sekali pada Ani dan dua kali pada Ivone, sedang teman-temanku mengerjakan sampai pagi tak terhitung telah berapa kali mereka mendapat orgasme. Aku sendiri jadi malas guna bersetubuh dengan mereka sebab saat ini aku justeru terbayang-bayang dengan keindahan tubuh Tante Ceme.
Jam 10 malam sesudah berpakaian, aku keluar dari kamar. Kubiarkan ketiga temanku mengerubuti kedua cewek itu. Kunyalakan cerutu dan duduk di teras kamar, rasanya udara paling dingin. Kembali kutengok kamar Mawar no.3 dari ventilasi, kelihatan lampunya masih menyala berarti mereka belum pulang, kemudian kuintip lagi dari jendela ternyata mereka sedang istirahat saling berpelukan.
Tiba-tiba aku ingat Tante Ceme tidak jarang kali bawa HP, aku sendiri pun kebetulan bawa namun aku ragu apakah HP-nya digiatkan tapi bakal kucoba saja. Begitu ketemu nomernya kemudian kutekan dial dan tersiar nada panggil di dalam kamar itu. Tante Ceme terbangun kemudian buru-buru mengusung HP-nya, dia sempat menyaksikan nomer yang masuk. “Haloo.. ini Sakong yaaa, ada apa Sakong..?” kata Tante Ceme dari dalam kamar.
– “Tante berada di mana..?” tanyaku.
“Lhooo.. apa kamu nggak tanya Melodi, hari ini aku kan nginap di lokasi tinggal neneknya Melodi di Blitar, neneknya kan lagi sakit..” kata Tante Ceme beralasan.
“Sakit apa Tan..” tanyaku berlagak pilon.
Dia diam sejenak, “Ah nggak cuman jantungnya kambuh.. tapi telah baikan kok, kelak juga ibu pulang,” katanya pintar bersPutrawara.
“Memangnya kamu, ada butuh apa ..?” tanya Tante Ceme.
“Maaf Tante.. tapi.. Tante tidak boleh marah yaaa..!”
“Sudah kamuikan saja aku capek nih.. bila mau ngomong, ngomong saja.. ” kata Tante Ceme.
“Tante capek berakhir ngapain..?” tanyaku.
“E..e.. anuu tadi mijitin Neneknya Melodi..” katanya gugup.
“Bener Tante..? masak orang sakit jantung kok dipijitin, bukannya mijitin yang lain..?” kataku mulai berani.
“Kamu kok nggak percaya sih… apa sih maksudmu..?”
“Sekali lagi maaf Tante, sebetulnya saya telah tahu semuanya..?”
“T..tahu apa kamu?” dia mulai gelagapan.
“Bukannya Tante kini berada di Hotel XXX (edited) di kamar Mawar no.3 bareng orang yang bukan suami Tante,” kataku.
“D..Doon, kamu dimanaaa?” katanya bingung.
“Temui saya di belakang kamar tante, di dalam mobil Civiv Putih sekarang.. kita dapat pecahkan masalah ini tanpa terdapat orang yang tahu,” kataku menantang.
“B..b.baik, saya segera ke sana.. tunggu lima menit lagi,” katanya lemah.
Tak lama lantas Tante Ceme datang dengan melulu memakai piyama masuk ke mobil Roy.
“Malem Tante,” sapaku ramah.
“Dooon bantu yaaa, kamu tidak boleh buka rahasia ini..” katanya memohon.
“Jangan cemas Tante bila sama saya tentu aman, tapiii…” aku bingung inginkan meneruskan.
Aku terus menginginkan tubuh seksi Tante Ceme dalam suasana telanjang bulat sedang merintih-rintih nikmat.
“Tapi.. apa Dooon..?, ngooomong dooong cepetan, tidak boleh buat aku tengsin di sini.. bantu deh jaga nama baik Tante… Tante baru dua kali begini kook… tersebut jugaaa…
Tante udah nggak tahaan lagiii, bener lhooo” katanya merajuk.
“Tunggu duluu.. emang sama Om, Tante nggak Puas..?” tanyaku.
“Sebenarnya siih, Mas Har tersebut udah menuhin kewajibannya.. cuman kini dia kan udah agak tua jadinya yaahh, kamu tahu sendiri kan gimana tenaganya bila orang telah tua.. makanya kamu harus maklum, bila kebutuhan yang satu tersebut belum terpuaskan dapat gila sendiri ibu.. kamu kan udah dewasa masalah kayak gitu mestinya udah paham, sangat tidak kamu sudah tahu alasannya.. kini tolong Tante yaah, jaga rahasia Tante.. please!!” katanya mengiba.
“Baik Tante, saya bakal jaga rahasia ini, namun tergantung..”
“Tergantung apa..?
“tergantung.. imbalannya.. trus yang bikin tutup mulut apa dong, masak mulut saya dibiarin terbuka..?”
“Kamu mohon uang berapa kelak saya kasih,” balas Tante Ceme agak sombong.
“Papa saya masih dapat kok ngasih duit berapapun, Emangnya uang dapat untuk tutup mulut, lihat Tante,” seraya aku keluarin duit 100
ribuan kemudian kutaruh di mulutku, lantas uang tersebut jatuh ke lantai mobil.
“Tuhh, jatuhkan uangnya.” kataku seraya ketawa kecil.
“Hihi..hi, kamu dapat aja beckamu, terus kamu minta apa..?” tanya Tante Ceme.
“Hubungan pacaran saya sama Melodi kan udah lama namun Dia cuman ngasih ciuman di pipi saja, yang lainnya nggak boleh sama mamanya, sebetulnya saya pengin ngerasain yang lainnya..” kataku.
– “Gila kamu, anakku kan masih perawan, mesti dapat jaga diri dong..!”
“Saya kan laki-laki dewasa Tante, pasti pun kepingin ngerasain gituan, gimana bila di samping ciuman dari Melodi saya belajarnya sama Tante Ceme saja,” tanyaku nakal. “Wah kamu semakin tidak cukup ajar saja, mulai kelak kamu nggak boleh pacaran lagi sama anakku,” ancamnya serius. “Memangnya Tante pengin lihat berita di koran, Isteri anggota DPRD Jatim berselingkuh dengan gigolo,” aku balik mengancam. “Ett.. tidak boleh dong, kamu kok gitu sih, aku cuman berkelakar kok, kamu boleh kok ngelanjutin hubungan kamu dengan Melodi, terus bila mau diajarin gituan.. eee..Tante nggak keberatan kok, sekarang pun boleh,” katanya, kesudahannya dia mengalah. “Tante inginkan ML sama saya sekarang..?” tanyaku nggak percaya. “Udahlah, mari ke kamar Tante tapi.. biar pemuda tersebut kusuruh kembali dulu,” katanya seraya melangkah pergi mengarah ke kamarnya.
Malam tersebut kulihat arlojiku sudah mengindikasikan jam 23:00 WIB. Kulihat seorang pemuda keluar dari kamar Tante Ceme, aku segera masuk ke dalam kamar itu. Kulihat Tante Ceme sedang duduk di meja rias seraya menyisir rambutnya menghadap ke cermin. dengan
“Nggak usah berhias Tante, udah cantik kok..” kataku memuji kecantikannya.
“Emang Tante masih cantik..?” tanyanya.
“Buat apa saya bohong, telah lama saya mengagumi keelokan Tante, tubuh Tante pun masih seksi,” jawabku.
“Malah saya tidak jarang ngebayangin gimana yahh rasanya ngentot sama Tante Ceme, tentu enak.” kataku merayunya.
“Ya udah nggak usah dibayangin, orangnya udah terdapat di depan kamu kok, siap melayani kamu,” katanya seraya berdiri dan berlangsung ke arahku.
Lalu dengan kasar dibukanya reitsleting celanaku dan dilepasnya celanaku ke bawah pun celana dalamku sampai sampai lutut. “Waaww… besar sekali punya kamu Sakong?” serunya,
lalu secepat kilat tangannya menggenggam kemaluanku lantas mengelus-elusnya dengan sarat nafsu.
Akupun semakin bernafsu, piyamanya kutarik ke bawah dan wooww.., kedua buah dada tersebut membuat mataku benar-benar jelalatan. “Mm… kamu sudah mulai pintar, Sakong. Tante inginkan kamu..” belum lagi kalimat Tante Ceme berakhir aku sudah menunjukkan mulutku ke puncak bukit kembarnya dan, “Cruppp…” sedotanku langsung tersiar begitu bibirku tiba di permukaan puting susunya.
– “Aahh… Sakong, ooohh… sedooot teruuus aahh..” tangannya semakin mengeraskan genggamannya pada batang kejantananku, celanaku semenjak tadi dipelorotnya ke bawah. Sesekali kulirik ke atas seraya terus merasakan puting susunya satu persatu. Tante Ceme terlihat tenang seraya tersenyum menyaksikan tingkahku yang laksana monyet kecil menetek pada induknya. Jelas Tante Ceme sudah kawakan sekali. Batang kejantananku tak lagi melulu diremasnya, ia mulai mengocok-ngocoknya. Sebelah lagi tangannya menekan-nekan kepalaku ke arah dadanya.
“Buka bajumu dulu, Sakong..” ia unik baju kaos yang kukenakan, aku melepas sedotanku pada puting buah dadanya, kemudian celanaku dilepaskannya. Ia sejenak berdiri dan melepas piyamanya, sekarang aku dapat menyaksikan tubuh Tante Ceme yang bahenol tersebut dengan jelas. Buah dada besar tersebut tegak menantang. putri77.com Dan bukit diantara kedua pangkal pahanya masih tertutup celana dalam putih, bulu-bulu halus terlihat merambat terbit dari arah selangkangannya. Dengan agresif tanganku menjamah CD-nya, langsung kutarik hingga lepas.
Tante Ceme langsung merebahkan tubuhnya di lokasi tidur. Aku langsung menindihnya, dadaku menempel pada kedua buah payudaranya, kelembutan buah dada yang dulunya melulu ada dalam khayalanku kini menempel ketat di dadaku. Bibir kamipun sekarang bertemu, Tante Ceme menyedot lidahku dengan lembut. “Uhh…” nikmatnya, tanganku menyusup diantara dada kami, meraba-raba dan meremas kedua belahan susunya yang besar itu.
“Hmm… ooohh… Tante… aahh..” kegelian bercampur nikmat ketika Tante Ceme memadukan kecupannya di leherku seraya menggesekkan selangkangannya yang basah tersebut pada batang kejantananku.
Bibirku merayap ke arah dadanya, bertumpu pada tangan yang kutekuk sambil berjuang meraih susunya dengan bibirku. Lidahku mulai bekerja binal menjelajahi bukit kenyal tersebut senti demi senti.
“Hmm… pintar kamu Doon.. ooohh..” Desahan Tante Ceme mulai terdengar, walau serak-serak terbendung nikmatnya jilatanku pada putingnya yang lancip.
“Sekarang kamu ke bawah lagi sayang..” Aku yang telah terbawa nafsu berat tersebut menurut keterangan dari saja, lidahku merambat cepat ke arah pahanya, Tante Ceme membukanya lebar dan semerbak wewangian selangkangannya semakin mengundang birahiku, aku jadi semakin gila. Kusibak bulu-bulu halus dan lebat yang menutupi wilayah kewanitaannya. Uhh, liang kewanitaan tersebut tampak telah becek dan kelihatannya berdenyut.
Aku ingat apa yang mesti kulakukan, lidahku menjulur kemudian menjilati liang kewanitaan Tante Ceme. “Ooohh, yaahh… enaak, Doon, Hebat kamu Doon… ooohh…” Tante Ceme mulai menjerit kecil menikmati sedotanku pada klitorisnya. Sekitar lima menit lebih aku bermain di wilayah itu hingga kurasakan tiba-tiba ia mengapit kepalaku dengan keras diantara pangkal pahanya, aku hampir-hampir mustahil bernafas.
“Aahh… Tante nggak kuaat aahh, Doon..” teriaknya panjang seiring tubuhnya yang menegang, tangannya meremas sendiri kedua buah dadanya yang semenjak tadi bergoyang-goyang, dari liang kewanitaannya mengucur cairan kental yang langsung bercampur air liur dalam mulutku. “Makasih yaa Sakong, kamu udah puasin Tante.. makasih Sayang. Sekarang beri Tante peluang bersihin badan sebentar saja,” ia kemudian mengecupku dan beranjak ke arah kamar mPutra. Aku tak tahu mesti melakukan apa, senjataku masih tegang dan keras, melulu sempat mendapat sentuhan tangan Tante Ceme. Batinku kian tak sabar hendak cepat menumpahkan air maniku ke dalam liang kewanitaannya. Ahh, aku meloncat bangun dan mengarah ke ke kamar mPutra. Kulihat Tante Ceme sedang menyiram tubuhnya di bawah shower.
– “Tante Ceme.. ayooo cepat,” teriakku tak sabar.
“Hmm, kamu sudah nggak sabar ya?” ia memungut handuk dan mendekatiku. Tangannya langsung meraih batang kejantananku yang masih tegang.
“Woooww… Tante baru sadar bila kamu punya segede ini, Doon… ooohhmm..” ia berjongkok di hadapanku. Aku menykamurkan tubuh di dinding kamar mPutra tersebut dan secepat kilat Tante Ceme memasukkan batang kejantananku ke mulutnya.
“Ouughh… sssttt.. nikmat Tante.. ooohh… ooohh… ahh…” geli bercampur nikmat membuatku laksana melayang. Baru kali ini punyaku masuk ke dalam perangkat tubuh perempuan. Ternyata, ahh…,
lezatnya separuh mati. Batang kejantananku terlihat semakin tegang, mulut mungil Tante Ceme nyaris tak bisa lagi menampungnya. Sementara tanganku ikut bergerak meremas-remas payudaranya.
“Waaouwww… punya kamu ini lho, Doon… Tante jadi nafsu lagi nih, yuk kamu lanjutin lagi,” tangannya menarikku pulang ke lokasi tidur, Tante Ceme seperti menyaksikan sesuatu yang begitu menakjubkan. Perempuan separuh baya tersebut langsung merebahkan diri dan membuka kedua pahanya ke arah yang berlawanan, mataku lagi-lagi melotot ke arah belahan liang kewanitaannya. Hmm.. kusempatkan menjilatinya semenit kemudian dengan cepat kutindih tubuhnya, kumasukkan batang kejantananku ke dalam lubang kemaluannya. “Sleeepp…” agak susah pun karena kemaluannya cukup sempit tapi lantas amblas pun seluruhnya sampai sampai dasar rahim, kemudian kupompa naik turun. “Hmm… ooohh..” Tante Ceme sekarang mengikuti gerakanku. Pinggulnya laksana berdansa ke kiri kanan. Liang kewanitaannya meningkat licin saja.
Batang kejantananku makin lama makin lancar, kupercepat goyanganku sampai terdengar bunyi selangkangannya yang becek bertemu pangkal pahaku. “Plak.. plak.. plak.. plak..” aduh nikmatnya wanita setengah baya ini. Mataku merem melek memkamungi wajah keibuan Tante Ceme yang masih saja menerbitkan senyuman. Nafsuku semakin jalang, gerakanku yang awalnya santai sekarang tak lagi berirama. Buah dadanya terlihat bergoyang kesana kemari, mengundang bibirku beraksi.
“Ooohh Sayang, kamu ganas sekali. Hmm… Tante suka yang begini, ooohh… genjot terus..” katanya menggelinjang hebat.
“Uuuhh… Tante, nikmat Tante.. hmm Tante cantik sekali ooohh..”
“Kamu senang sekali susu tante yah? ooohh.. sedooot teruuus susu tanteee aahh… panjang sekali peler kamu.. ooohh, Dooony… aahh..” Jeritannya semakin keras
dan panjang, denyutan liang kewanitaannya semakin terasa mengapit batang kejantananku yang semakin terasa keras dan tegang.
“Doon..?” dengusannya turun naik.
“Kenapa.. Tante…”
“Kamu bener-bener hebat Sayang… ooowwww… uuuhh.. Tan.. Tante.. mau terbit hampiiirr.. aahh…” gerakan pinggulnya yang liar
itu semakin tak karuan, tak terasa telah lima belas menit kami bersetubuh.
“Ooohh memang enaak Tante, ooohh… Tante ooohh… Tante Ceme, ooohh… nikmat sekali Tante, ooohh..” Tak kuhiraukan tubuh Tante Ceme yang menegang keras, kuku-kuku tangannya memegang erat punggungku, pahanya mengapit keras pinggangku yang sedang asyik turun naik itu, “Aahh… Doon.. Tante ke..luaarrr laagiii… aahh..” liang senggama Tante Ceme terasa berdenyut keras sekali, laksana memijit batang kejantananku dan ia menggigit pundakku hingga kemerahan. Kepala batang kejantananku laksana tersiram cairan hangat di dalam liang rahimnya.
Sesaat lantas ia lemas lagi. Batang kejantananku masih menancap setia di liang kemaluan Tante Ceme. “Sekarang Tante inginkan puasin kamu, kasih Tante yang di atas ya, Sayang… mmhh, pintar kamu Sayang..” Posisi kami berbalik. Kini Tante Ceme menunggangi tubuhku. Perlahan tangannya kembali membimbing batang kejantananku yang masih tegang tersebut memasuki liang kenikmatannya dan terasa lebih masuk. Tante Ceme mulai bergoyang perlahan, payudaranya tampak lebih banyak dan semakin menantang dalam posisi ini, aku segera meremasnya.
– Tante Ceme berjongkok di atas pinggangku menaik-turunkan pantatnya, tampak jelas bagaimana batang kejantananku terbit masuk liang senggamanya yang terlihat sarat sesak, hingga bibir kemaluan tersebut terlihat paling kencang. “Ooohh enaak Tante… oooh Tante.. oooh Tante Ceme… oooh Tante… hmm, enaak sekali… ooohh..” kedua buah payudaranya berayun keras mengekor irama turun naiknya tubuh Tante Ceme. “Remas yang mesra dong susu Tante sayang, ooohh… yaahh.. pintar kamu… ooohh… Tante nggak percaya kamu dapat seperti ini, ooohh… pintar kamu Sakong ooohh… ganjal kepalamu dengan bantal ini sayang,” Tante Ceme meraih bantal yang terdapat di samping kirinya dan memberikannya padaku.
“Maksud Tante agar saya bisa… srup.. srup..” mulutku menerkam puting susunya. “Yaahh.. sedot susu Tante lagi sayang… hmm.. yak begitu teruuus yang kiri sayang ooohh..” Tante Ceme menundukkan badan supaya kedua buah dadanya tercapai mulutku. Cairan mani Tante Ceme yang meluber mengairi dinding kemaluannya. Akhirnya dia menjerit panjang, “Ouuhhhgg.. Tante keluuuaaar, lagiii,” erangnya.
Aku yang belum puas memintanya guna menungging. Tante Ceme menuruti perintahku, menungging tepat di depanku yang masih terduduk. Hmm.., lezatnya pantat Tante Ceme yang besar dan belahan bibir kewanitaannya yang memerah, aku langsung memungut posisi dan tanpa permisi lagi menyusupkan batang kejantananku dari belakang. Kupegangi pinggangnya, sebelah lagi tanganku meraih buah dada besarnya. “Ooohh… nggg.. Kamu hebaat Sakong… ooohh, genjot yang cepat Sayang, ooohh…
Tambah cepat lagi… uuuhh..” desah Tante Ceme tak beraturan. “Ooohh Tante… Taan..teee… ooohh…nikmat Tante Ceme..” Kepalanya menggeleng keras kesana kemari, kurasa Tante Ceme sedang berjuang menikmati gaya ini dengan semaksimal mungkin. Teriakannya pun kian ngawur.
“Ooohh… tidak boleh lama-lama lagi Sayang, Tante mau terbit lagi oooh..” rintihnya. Lalu aku mempercepat gerakanku sampai bunyinya kecepak-kecepok dampak banyaknya cairan mani Tante Ceme yang telah keluar, kemudian aku merasa terdapat sesuatu yang inginkan keluar.
“Aahh Tante… uuuhh… nikmat sekali, ooohh… Tante sekarang.. Tante Ceme, ooohh… saya nggak tahan tanteee… enaak… ooohh..” ceracauku tak beraturan. “Tante pun Doon… ohhh… Doonny sayaanggg, ooohh… keluaar samaan sayaang, oooh..”
Kami berdua berteriak panjang, badanku terasa bergetar dan, “Croot… crott… croott… croottt..” entah berapa kali batang kejantananku menyemburkan cairan kental ke dalam rahim Tante Ceme yang tampak pun mengalami urusan yang sama, selangkangan kami saling menggenjot keras. Tangan Tante Ceme meremas sprei dan menariknya keras, bibirnya ia gigit sendiri. Matanya terpejam seperti menikmati sensasi yang paling hebat dalam
Sejak tersebut hubunganku dengan Tante Ceme meningkat mesra sering kami menyelenggarakan perjanjian guna saling ketemu atau ketika dia menyuruhku mengantarkannya ke arisan tapi justeru dibelokkan ke rumahnya yang satu di wilayah perumahan elit yang sepi, sedang aku sama Melodi tetap pacaran namun perselingkuhanku dengan mamanya tetap kujaga rahasianya,,,,,,,,,,,,,